Senin, 23 Mei 2011

Gender bali



Gender Wayang adalah barungan alit yang merupakan gamelan Pewayangan (Wayang Kulit dan Wayang Wong) dengan instrumen pokoknya yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender ini terdiri dari sepasang gender pemade (nada agak besar) dan sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2 panggul.
Gender wayang ini juga dipakai untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi) dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). Untuk kedua upacaranya ini, dan untuk mengiringi pertunjukan wayang lemah (tanpa kelir), hanya sepasang gender yang dipergunakan.
Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan. Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang kecil, sepasang cengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender Wayang.
Pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasanya memakai sejumlah tabuh yang berdasarkan fungsinya.
Tabuh-tabuh yang dimaksud antara lain: 
Pategak (pembukaan)yang merupakan tabuh instrumentalia
Tabuh Pamungkahgending-gending untuk mengiringi dalang melakukan puja mantra persembahan, membuka kotak wayang (kropak)
Tabuh Patangkilangending untuk mengiringi adegan pertemuan/persidangan
Tabuh angkat-angkatangending untuk mengiringi adegan sibuk seperti keberangkatan laskar perang dan perjalanan
Tabuh rebonggending untuk mengiringi adegan roman
Tabuh tangisgending untuk mengiringi suasana sedih
Tabuh batelgending untuk mengiringi adegan perang
Tabuh panyudamalangending khusus untuk mengiringi upacara pangruwatan (dalam Wayang Sapuh Leger)